Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Setelah pleistosen berganti dengan holosen, kebudayaan
paleolithikum tidak begitu saja lenyap melainkan mengalami perkembangan
selanjutnya. Di Indonesia, kebudayaan paleolithikum itu mendapat pengaruh baru
dengan mengalirnya arus kebudayaan baru dari daratan Asia ygna membawa coraknya
sendiri. Kebudayaan baru yang timbul itu dinamakan Mesolithikum.
Kebudayaan mesolithikum ini banyak ditemukan bekas-bekasnya di Sumatra, Jawa ,
Kalimantan, Sulawesi dan di Flores. Dari peninggalan-peninggalan tersebut dapat
diketahui bahwa jaman itu manusia masih hidup dari berburu dan menangkap ikan
(Food-Gathering). Akan tetapi sebagian sudah mempunyai tempat tinggal tetap,
sehingga bisa dimungkinkan sudah bercocok tanam walau masih sangat sederhana
dan secara kecil-kecilan. Bekas-bekas tempat tinggal mereka ditemukan di
pinggir pantai (Kjokkenmoddinger) dan di dalam gua-gua (Abris Sous Roche).
Disitulah pula banyak didapatkan bekas-bekas kebudayaannya.
1. MENHIR
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas
tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah
untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan
dari periode Neolitikum yang umum
ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar
dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai
bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna
simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan
maknanya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci,
dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak
Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di
Jawa Timur.
3. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang bermakna sebagai
tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen
dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh
binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh
batu.
Dengan demikian dolmen yang bermakna sebagai tempat
menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain
Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim,
Pasemah / Sumatera, dan NTT.
4. Sarkofagus
Sarkofagus
adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknyamenyerupai
lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya
di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi,
perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali
Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa
sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5. Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang
atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau
dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis.
Maknanya,
wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
6. Waruga
Waruga adalah
peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti
pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa
tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam,
pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari
jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah
merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga
dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda
periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan
sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
7. Kubur Batu
Batu megalitikum ini dipercaya menjadi tepat tinggal
di alam gaib. Semakin besar kubur batu, semakin menunjukan kebesaran para
bangsawan itu. Yang pada intinya bermakna sebagai tempat menyimpan mayat.
Zaman Neolithikum (Zaman Batu Muda)
Boleh dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu
revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini
ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi
foodproducing. Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak.
Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya
dilakukan di tanah-tanah kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di
kelupak kulitnya dan kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk
pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah
itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya.
Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi
Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai
gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan
Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu
migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine
Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau
trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang
besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya
sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan
fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya
pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu
biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang
terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat
atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa,
bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali,
dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah
bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan
ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak
lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim
disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan
fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong
adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak
lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog
menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi
,hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga
menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas
dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi
anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di
sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum
Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di
Minahasa.
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa
terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga
yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor
dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain
gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat
dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat
atau batu-batu akik.
Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya
dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat
pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai
pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di
Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat
pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum
sudah berpakaian.
Tembikar (Periuk belanga)
Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya
barang-barang tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari
bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa
pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa
pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar.
Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang
ternyata berisi tulang belulang manusia.
teknologi pada zaman batu
Pada zaman
ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh
alat-alat tsb adalah :
Kapak
Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
“Chopper” (alat penetak/pemotong)
Dinamakan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Dinamakan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Fungsi: –
untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah
- menangkap ikan
- menangkap ikan
Flakes,
yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan.
Fungsi: -untuk menguliti hewan buruan
-mengiris daging buruan
-memotong umbi-umbian./buah – buahan
-menangkap ikan
Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)
Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut “Abris Sous Roche ” Adapun alat-alat tersebut adalah :
Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan.
Ujung mata panah,
batu penggilingan (pipisan),
kapak,
alat-alat dari tulang dan tanduk rusa,
Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya : Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang)
Tiga bagian penting Kebudayaan Mesolithikum,yaitu :
Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger
Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche
Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua -Melanosoid
Neolithikum (Zaman Batu Muda)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Contoh alat tersebut :
Fungsi: -untuk menguliti hewan buruan
-mengiris daging buruan
-memotong umbi-umbian./buah – buahan
-menangkap ikan
Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut “kjoken modinger” (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah)
Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut “Abris Sous Roche ” Adapun alat-alat tersebut adalah :
Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan.
Ujung mata panah,
batu penggilingan (pipisan),
kapak,
alat-alat dari tulang dan tanduk rusa,
Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya : Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang)
Tiga bagian penting Kebudayaan Mesolithikum,yaitu :
Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger
Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche
Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua -Melanosoid
Neolithikum (Zaman Batu Muda)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Contoh alat tersebut :
Kapak
Persegi, misalnya : Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan
di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan
Fungsi: – ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
-ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari Chalcedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran.
Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
Fungsi: – ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
-ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari Chalcedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran.
Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa
Kapak
Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan
Serawak
Religi/kepercayaan :
sudah mengenal animisme (roh nenek moyang), dinamisme (benda-benda)
Orang-orang yang telah meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau roh orang yang meninggal itu, tetap berada disekitar wilyah tempat tinggalnya, sehingga sewaktu-waktu dapat dimintai bantuannya.
Kepercayaan dinamisme Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
sudah mengenal animisme (roh nenek moyang), dinamisme (benda-benda)
Orang-orang yang telah meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau roh orang yang meninggal itu, tetap berada disekitar wilyah tempat tinggalnya, sehingga sewaktu-waktu dapat dimintai bantuannya.
Kepercayaan dinamisme Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
No comments:
Post a Comment